Teknik Pembenihan Ikan Koi Di Molly Jaya Indonesia Farm
Ikan koi merupakan salah satu ikan hias air tawar yang menjadi primadona, baik di Indonesia, maupun di dunia. Nama koi sendiri berasal dari Bahasa Jepang “Nishikigoi” yang terdiri dari “Nishiki” yang berarti cantik dan “Koi” yang berarti cinta.
Menurut KKP (2020), daerah penghasil ikan koi di Indonesia, diantaranya Sukabumi, Bogor, Blitar, dan Tulungagung dengan varietas yang menjadi primadona, yaitu kohaku, sanke, dan showa. Permintaan yang tinggi dan harganya yang fantastis (berkisar 15 ribu-1 juta rupiah) di pasaran membuat ikan koi seperti tabungan atau investasi yang menggiurkan bagi para pembudidaya.
Banyak pembudidaya ikan air tawar menganggap budidaya ikan koi ini ribet dan terlalu banyak persyaratannya, namun faktanya ikan cantik dan gemoy ini tidak sulit loh untuk dibudidayakan!
Bahkan, untuk para penghobi ikan koi rumahan juga bisa menerapkan metode budidaya ikan koi yang diterapkan di Molly Jaya Indonesia farm yang dijelaskan pada artikel ini.
1. Persiapan Wadah dan Media
Siapkan kolam terpal atau semen berukuran 5 x 5x 1 m3 (Ukuran diameter minimal 2 m jika terpal bundar). Persiapan wadah cukup sederhana, hanya perlu disikat sampai bersih lalu diisi air kurang lebih ¾ dari tinggi kolam. Air yang digunakan harus air yang sudah diendapkan selama 12 – 24 jam untuk menurunkan kadar zat-zat berbahaya di air, seperti kaporit. Gunakan aerator agar kadar oksigen dalam air tetap stabil.
2. Pembuatan Kakaban (Tempat Penempelan Telur)
Substrat penempelan telur atau kakaban dapat berasal dari eceng gondok, ijuk, atau brush (sikat) khusus yang dijual secara online. Eceng gondok menjadi pilihan terbaik karena gratis dan tidak ribet, hanya perlu dicuci sampai bersih. Isi ½ bagian permukaan kolam dengan eceng gondok supaya telur yang menempel semakin banyak.
3. Seleksi Induk
Seleksi induk bertujuan untuk menghasilkan benih ikan koi yang berkualitas bagus, yaitu benih yang sehat, tidak cacat, serta corak warna yang menarik dan tajam (strong).
Induk yang dipilih, yaitu induk yang berumur diatas 1,5 tahun untuk jantan dan 2 tahun untuk betina. Pilih induk yang tidak sedarah untuk menghindari inbreeding yang dapat menyebabkan kecacatan.
Kedua indukan harus sudah matang gonad untuk memaksimalkan kuantitas dan kualitas telur, serta larva yang dihasilkan. Pengecekan matang gonad dapat dilakukan dengan pengurutan (stripping) di area perut, hingga ke anus, dimana ikan koi jantan matang gonad akan mengeluarkan cairan putih dan betina mengeluarkan cairan kuning kecoklatan.
Ciri-ciri induk yang siap dipijahkan yaitu, pada induk jantan bagian operculumnya (pipi / tutup insang) terasa sedikit kasar, sedangkan induk betina perutnya membulat, tapi lunak saat diraba.
4. Rasio Induk jantan dan betina
Induk ikan koi biasanya dapat dipijahkan saat berukuran diatas 35 cm. Ukuran ini akan mempengaruhi rasio jantan dan betina, jika betinanya lebih besar, maka dibutuhkan induk jantan yang lebih banyak.
Berikut rasio induk ikan koi yang tepat untuk dipijahkan:
Jantan | Betina | |
---|---|---|
Jika induk betina lebih besar dari induk jantan | 3 ekor | 1 ekor |
Jika induk betina dan jantan sama besarnya | 2 ekor | 1 ekor |
Rasio ini penting untuk dipertimbangkan karena berkaitan dengan keberhasilan pembuahan (fertilisasi), karena induk ikan koi dapat menghasilkan puluhan hingga ratusan ribu butir telur bergantung pada usia, ukuran, dan tingkat kematangan gonadnya.
5. Pemijahan
Pemijahan dapat dilakukan dengan 3 metode, yaitu pemijahan alami, semi alami, dan buatan. Namun, yang paling sederhana adalah pemijahan alami.
Pemijahan alami dilakukan dengan memasukkan induk jantan dan betina di siang menjelang sore hari atau sekitar jam 2 atau 4 sore, lalu induk dibiarkan memijah secara alami saat dini hari sekitar jam 3-5 pagi. Induk jantan akan mengejar induk betina, dimana hal ini akan menimbulkan gemercik air. Induk betina akan mengeluarkan telur, lalu saat itu juga jantan akan mengeluarkan spermanya untuk membuahi telur tersebut.
Telur ini akan menempel pada media penempelan telur. Induk yang berhasil memijah diketahui dari keduanya yang sudah tidak saling mengejar dan adanya telur berwarna bening kekuningan yang menempel pada media penempelan telur. Setelah induk memijah, maka indukan dipindahkan ke wadah pemeliharaan induk untuk kembali mematangkan gonadnya.
6. Penetasan telur
Telur yang terbuahi tetap berwarna bening kekuningan, dan telur yang tidak terbuahi berwarna putih keruh. Proses penetasan telur berlangsung selama 2 hari setelah terbuahi. Jika kondisi lingkungan sedang tidak stabil (hujan panas tak menentu), pindahkan telur ke kolam tanah yang memiliki kemampuan menyimpan panas lebih baik, sehingga suhu air tetap stabil.
Alternatif lainnya, yaitu gunakan water heater untuk menstabilkan suhu air jika hanya memiliki kolam terpal atau semen. Suhu yang stabil akan meningkatkan persentase telur yang menetas (Hatching Rate, HR) dan derajat kelulushidupan (Survival Rate, SR) larva ikan yang baru menetas. Pastikan kualitas air tetap terjaga, sehingga telur berhasil menetas dengan baik.
7. Pemeliharaan larva
a. Pemberian Pakan
Titik kritis dalam pemeliharaan anakan ikan koi, yaitu saat larva masih berusia 0 sampai 3 hari atau saat kantung kuning telur (yolk sac) mendekati habis. Fase tersebut disebut titik kritis karena apabila larva ikan koi mendapat makanan sebelum yolk sac habis, maka dia akan mendapatkan energi untuk bertahan hidup, sedangkan jika tidak segera mendapat makanan maka ia akan kehabisan energi yang berakhir pada kematian.
Kuning telur akan menjadi makanan bagi larva ikan koi, namun ketersediannya terbatas dan akan habis dalam waktu 2 sampai 3 hari. Oleh karena itu, pemberian pakan pada larva ikan koi harus dilakukan saat kuning telur (cadangan makanan) pada tubuh ikan koi mulai menipis.
Pemberian pakan dapat dilakukan menggunakan kuning telur ayam yang dihaluskan atau bisa juga dengan pakan alami infusoria, artemia, atau kutu air. Pemberian kutu air sebaiknya saat larva ikan koi berusia 2 hari, sehingga kutu air akan bereproduksi menghasilkan kutu air yang lebih kecil di keesokan harinya untuk pakan larva ikan koi berusia 3 hari.
Pemberian pakan alami menggunakan metode stok di dalam wadah atau ad libitum. Jika menggunakan kuning telur, maka diberikan sebanyak dua kali sehari di pagi dan sore, dimana pemberiannya menyesuaikan kepadatan larva (gunakan feeling anda, biasanya 1 butir per kolam dalam sekali pemberian). Pemberian pakan menggunakan kuning telur tidak boleh terlalu banyak karena dapat merusak kualitas air (keruh, berbau, dan berlendir) dan pastikan kuning telur sudah larut dengan air supaya dapat termakan oleh larva ikan koi.
Setelah larva berusia 11 hari atau jika ukurannya dirasa sudah cukup besar, maka larva ikan koi dapat diberikan pakan berupa cacing sutra yang masih halus (kecil).
Waktu pemberian pakan disarankan saat pagi hari sekitar jam 8 dan sore sekitar jam 4. Waktu tersebut dipilih karena sinar matahari di pagi hari sangat cocok untuk metabolisme ikan, sehingga nafsu makan ikan sangat tinggi dan metabolismenya berjalan dengan cepat yang berdampak pada pertumbuhan yang maksimal. Karena nafsu makannya yang tinggi, maka pakan yang tersisa juga akan semakin sedikit, sehingga tidak mengotori air.
Waktu pemberian pakan di sore hari sekitar jam 4 sore dipilih karena suhu air masih relatif hangat, sehingga nafsu makan ikan masih baik yang membuat pakan tersebut cepat dicerna oleh ikan. Jangan memberi pakan terlalu malam atau saat air masih dingin karena suhu yang rendah membuat laju metabolisme ikan melambat dan kadar oksigen terlarut menurun. Hal tersebut akan menyebabkan larva ikan kekenyangan dan mati karena overfeeding (makanan tidak dapat dicerna dengan baik) karena metabolismenya melambat dan kadar oksigen terlarut menurun.
b. Pengecekan kualitas air
Air yang digunakan sebagai media budidaya adalah air yang sudah diendapkan setidaknya selama 3 hari untuk mengendapkan zat-zat berbahaya, seperti kaporit. Pantau selalu kualitas air dengan mengamati kejernihan dan bau air, serta lakukan pergantian air 20-25% setelah larva berusia diatas 2 minggu atau saat air terlihat kualitasnya sudah buruk.
Hati-hati dalam pergantian air. Jangan sampai larva terlalu tergoyang karena dapat menyebabkan stres atau cacat fisik yang berujung pada kematian. Lakukan sifon untuk membuang sisa pakan atau kotoran yang mengendap di dasar, lalu isi kembali dengan air yang sudah diendapkan sebanyak volume yang disifon. Anda dapat menggunakan thermometer untuk pengecekan suhu air dan pH meter untuk pengecekan pH air.
c. Pencegahan hama dan penyakit
Pemeliharaan yang intens akan menjadikan larva ikan koi lebih tahan terhadap bibit penyakit dari bakteri dan jamur. Pastikan juga pada kolam tidak ada hama yang masuk, yaitu larva capung yang dapat membunuh larva ikan koi.
Pemeliharaan larva berlangsung selama ± 40 hari, hingga larva mencapai fase benih. Perbedaan antara larva dan benih, yaitu jika larva masih mengalami fase perkembangan organ, sedangkan fase benih organ sudah terbentuk sempurna seperti ikan dewasa, namun dengan ukuran yang lebih kecil.
Anda dapat menjual larva koi berusia di atas 15 hari, namun dengan harga yang sangat terjangkau. Alternatif lain jika anda memiliki kolam tanah, pindahkan ke kolam tanah untuk memaksimalkan pertumbuhan ikan koi karena di kolam tanah pakan alami dapat tumbuh dengan subur. Terimakasih Molvers!
Daftar Pustaka
Ridwantara, D., Buwono, I. D., Suryana, A. A. H., Lili, W., dan Suryadi, I. B. B. (2019). Uji Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Benih Ikan Mas Mantap (Cyprinus carpio) pada Rentang Suhu yang Berbeda. Jurnal Perikanan Kelautan. 10(1): 46-54.
Kontributor Penulis Artikel: Ibaneza