5 Teknologi Terbaru Dalam Budidaya Perikanan
Teknologi merupakan aspek pertama yang harus dilihat sebelum melakukan budidaya perikanan. Karena ada banyak sekali teknologi yang bisa Anda pilih secara langsung. Kehadiran teknologi juga akan berdampak baik kepada perkembangan budidaya yang akan dijalankan.
Meningkatnya permintaan ikan membuat para pengguna harus berinovatif dalam menggunakan teknologi yang ada. Semakin sukses teknologi maka semakin banyak pula ikan yang akan didapatkan. Berikut ini adalah beberapa teknologi yang cocok untuk budidaya:
1. Teknologi Sistem Resirkulasi
Sistem resirkulasi ini merupakan teknologi yang memanfaatkan proses nitrifikasi dari bakteri. Biasanya limbah dari sisa pakan dan hasil metabolisme seperti Amoniun akan diubah menjadi komponen khusus. Komponen ini dinamakan dengan nitrat dan berguna sebagai bahan pupuk.
Teknologi ini juga bisa dikembangkan untuk membesarkan budidaya perikanan seperti lele, patin atau jenis ikan lainnya. Ada kegunaan lain yang bisa didapatkan seperti mampu meningkatkan produksi ikan sampai dengan 400 kg/m3 air atau sekitar 4 kali lipat dari hasil biasanya.
2. Teknologi Busmetik
Teknologi busmetik merupakan budidaya perikanan yang diletakkan dalam ukuran ⅕ sampai ⅕ dari ukuran sebenarnya. Dengan memiliki lahan yang sedikit, Anda akan lebih mudah dalam mengontrol penggunaan pakan secara maksimal. Bahkan teknologi ini juga pernah dicoba dengan penanaman vegetasi mangrove.
Ada kegunaan lain seperti mendukung proses tambak pada pembudidayaan ikan. Biasanya air yang berasal dari tambak tidak akan dibuang, melainkan diarahkan kepada vegetasi mangrove. Air juga dimanfaatkan untuk melakukan budidaya perikanan.
3. Teknologi Probiotik
Teknologi probiotik menjadi salah satu teknologi yang mampu menerapkan keseimbangan unsur organik dalam air. Hal ini juga bisa diterapkan secara langsung baik dengan ikan air tawar maupun ikan di tambak. Kegunaannya bisa membuat pakan ikan mengurangi buangan limbah ke lingkungan.
4. Teknologi Akuaponik
Jadi, bisa diartikan teknologi akuaponik ini merupakan gabungan budidaya tanaman dan budidaya hewan khususnya ikan. Akuaponik juga bisa menanam tanaman hingga ikan hanya dalam satu wadah saja. Sehingga teknologi ini sangat cocok bagi Anda yang tidak memiliki lahan yang luas.
Siklusnya dimulai dari ikan yang akan memakan pakan dan diubah menjadi feses yang sudah tercampur dengan air. Feses terkenal memiliki kandungan amonia dan nitrat yang tidak baik untuk ikan. Feses itu akan dimakan oleh tanaman dan air akan kembali ke dalam tempat ikan.
Keunikan yang bisa didapatkan dari teknologi ini adalah hemat air, zero waste, mudah dalam perawatan, tidak menggunakan bahan kimia (pure organic) dan hama. Selain itu, manfaatnya bisa menghasilkan sayuran segar dan ikan sebagai sumber protein untuk umat manusia.
Sistem akuaponik memiliki beberapa macam, antara lain:
Sistem Rakit Apung
Sistem rakit apung ini akan ditempatkan di lubang styrofoam atau pipa PVC. Biasanya akan ada jarak antara permukaan air dengan pangkal akar.
Sistem Pasang Surut
Sistem pasang surut merupakan sistem di mana pompa akan mengangkat air ke atas. Lalu akan memberikan air ke wadah tanaman sampai dengan akar tanaman. Hal ini dengan bantuan auto sifon, sehingga air akan mengalir ke bawah kembali.
Sistem Deep Flow Technique (DTF)
Sistem DFT merupakan sistem yang memanfaatkan air yang menggenang untuk media penyaluran nutrisi untuk tanaman. Ketinggian genangan air yang digunakan yakni sekitar 4-6 cm atau ¼ dari pipa (Andiewati et al., 2023).
Sistem Nutrient Film Technique
Menurut (Apriyanti dan Desi, 2016) Sistem Nutrient Film Technique (NFT) merupakan kebalikan dari sistem Deep Flow Technique (DFT). Di mana, pada sistem NFT mengalirkan nutrisi yang sangat tipis, hanya setinggi 2–3 mm dari dasar saluran. Namun, meskipun alirannya sangat tipis, sirkulasi yang terus menerus dengan menggunakan aliran listrik membuat ketersediaan oksigen dapat meningkat serta nutrient dari kolam budidaya dapat terserap terus menerus oleh tanaman.
Jenis tanaman yang cocok untuk akuaponik seperti kangkung, selada, bayam, sawi, cabai, dan kemangi.
Kemudian jenis ikan yang cocok untuk akuaponik seperti patin dengan jumlah panen sekitar 4-5 bulan. Lalu ada ikan lele dengan waktu panen 2-3 bulan. Nila memiliki waktu panen sekitar 4-6 bulan.
Ikan mas memiliki waktu panen sekitar 3-4 bulan, bawal memiliki waktu panen sekitar 4-6 bulan. Terakhir, ada gurami yang memiliki waktu panen sekitar 3-4 bulan saja.
5. Teknologi Yumina Bumina
Kata ‘Yu’ berarti sayuran, dan ‘bu’ berarti buah dan “mina” berarti ikan. Sedangkan jenis sayuran yang bisa dipakai seperti kangkung, pakcoy, selada dan kailan. Untuk jenis buahnya seperti tomat, cabai, terong dan buah lainnya.
Ada beberapa kegunaan dari teknologi ini seperti ramah lingkungan, bisa digunakan dalam lahan sempit. Selain itu, tanaman tidak perlu menggunakan pupuk tambahan, mengurangi pencemaran limbah dan bisa hemat air. Untuk cara budidayanya pun mudah, kolam hanya menggunakan terpal, fiberglass atau bak tembok.
Kemudian bisa langsung ditempatkan saja dengan menanam sayuran di sekeliling kolam. Sedangkan pot yang digunakan tidak perlu besar dan pot bisa diletakkan dalam sebuah pipa paralon yang sudah diberikan lubang.
Jika kolam sudah terisi air, maka bisa memberikan benih ikan yang berukuran 5-8 cm dengan jumlah 50-100 ekor per meter kubik air. Lalu bisa dilanjutkan dengan perawatan yaitu memberikan makanan ikan dengan teratur dari atas kolam
Dalam melakukan budidaya perikanan tidak perlu menggunakan bahan yang berbahaya bagi lingkungan. Beberapa teknologi ini bisa menjadi solusi yang pasti bagi Anda yang ingin memulai budidaya ikan. Jangan lupa untuk menggunakan bahan-bahan alami dan ramah lingkungan.
Kontributor Penulis Artikel: Medina Sylvia Riyanto